Jumat, 14 September 2018

Story of Bumi : Anakku Terlahir CTEV (Club Foot)

Jumat, September 14, 2018 3 Comments


Postingan kali ini mungkin di luar tema blog saya. Ini juga bukanlah cerita yang ingin saya ungkit kembali. Seperti membuka sebuah kenangan yang tidak menyenangkan.

Awalnya saya hanya bercerita di IgStory, karena kaget melihat Dokter Orthopedi Bumi, Dokter Daffodilone Cahyadi muncul di suatu acara kesehatan, di TV One, dan teringat sudah lama tidak check up. Bahkan sampai Dokternya sudah pindah ke RS Pondok Indah Bintaro pun saya baru tau melalui chat di Ig dengan beliau.

Kemudian ada yang mengusulkan agar saya mempostingnya juga di blog. Agar para orang tua yang mengalami nasib yang sama dengan saya, tidak putus asa, tidak mengganggap dunia telah kiamat, karena selalu ada solusi di balik segala permasalahan.

Tanggal 10 Maret 2014.

Bumi, anakku, terlahir melalui proses persalinan caesar. Kebahagiaan tak terkira kami rasakan, seorang anak laki-laki yang sehat dan lucu hadir di tengah-tengah keluarga. Saya yang hanya memiliki seorang adik perempuan dan selalu menginginkan saudara kandung laki-laki tentu sangat berbahagia.

Sayang...

Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. 2 hari setelah kelahiran Bumi. Bagai mendapat firasat, Ibu mertua saya yang berada di Garut, meminta agar Hubbee memeriksa kondisi fisik anak kami.

Kenyataan itu terlalu pahit.

Kedua kaki Bumi tidak sama. Yang kiri, telapaknya lebih kecil dan bengkok ke dalam. Kondisi ini di namakan CTEV (Congenital Talipes Equinovarus) atau Club Foot.

Ibu saya yang berada di Rumah Sakit marah luar biasa. Setiap kelahiran bayi tentu di dampingi oleh Dokter Spesialis Anak, bagaimana mungkin hal ini bisa luput. Di panggilnya suster untuk mempertanyakan hal ini.

Saya yang hanya bisa terbaring, tidak kuasa mendengar semuanya. Bayangkan, luka setelah operasi Caesar saja belum kering, harus menghadapi hal ini. Air mata luruh terus menerus, mengetahui kenyataan bahwa anak semata wayang kami memiliki kelainan fisik bawaan.

Hubbee berusaha menenangkan saya. Dan setelah itu kami baru mengetahui bahwa Bumi di rujuk ke Dokter Spesialis Anak yang memiliki sedikit pasien, karena ketidakpengetahuan kami akan Dokter Spesialis Anak yang bagus di RS itu. Setelah kejadian ini, kami pun jadi mengetahui alasan mengapa Dokter itu hanya memiliki sedikit pasien.

Seorang bayi saja dia tidak teliti, apalagi bila pasiennya banyak.

Dokter Kandungan yang menangani kelahiran Bumi pun sampai mendatangi kamar kami dan menguatkan, bahwa kelainan ini bisa di tangani, dengan mendatangi Dokter Orthopedi.

Awalnya kami di rujuk ke Dokter Orthopedi di RS itu, tapi karena sudah muak akan keteledoran seorang Dokter di sana, kami pun memilih pergi ke Rumah Sakit lain.


7 hari setelah kelahiran...

Tepatnya hari Selasa, tanggal 18 Maret 2014, kami pergi ke RS Borromeus, dan bertemu dengan Dokter Orthopedi yang sedang praktek hari itu, Dokter Daffodilone Cahyadi.

Awal bertemu, lagi-lagi terbersit rasa ragu, Dokternya masih sangat muda, mungkin hanya lebih tua dari saya beberapa tahun saja, entahlah.

Akan tetapi setelah konsultasi, keraguan saya pun sirna. Jelas Dokter ini sangat pintar, sabar, dan pengertian.

Ketika Dokter menyarankan untuk anak kami di gips kakinya sesuai dengan Metode Ponseti, kami pun akhirnya mengiyakan.

Dengan umur yang masih muda, dia menangani anak kami yang masih bayi dengan penuh kesabaran, tentu sangat sulit mencari Dokter yang bisa menangani bayi yang bahkan baru berumur 7 hari, kecuali memang Dokter Spesialis Anak.

Alhamdulillah, Allah mempertemukan kami dengan Dokter yang mampu menangani anak kami.

Metode Ponseti
Pic from Google


Metode Ponseti harus di lakukan selama 6x, masing-masing selama 1 minggu. Tiap kali konsul, biayanya sekitar 500rb sudah termasuk penangangan Dokter, itu di Bulan Maret 2014.

Kami cukup terkejut, ketika Dokter Daffo mengatakan akan melanjutkan studi ke Jerman sekitar sebulan lagi, walaupun hanya 3 bulan berada di sana. Lalu bagaimana dengan kelanjutan pengobatan anak kami, bila hanya berlangsung 4x.

Beliau pun merujuk kami ke Dokter Orthopedi lain yang juga ramah anak, tapi kami tentu sudah kadung nyaman dengan Dokter Daffo.

Syukur Alhamdulillah, ternyata Studi lanjutan Dokter Daffo di tunda selama 2 minggu, sehingga Bumi pun tuntas pengobatannya. Setelah itu, barulah beliau berangkat ke Jerman.

Awal di gips Bumi masih biasa saja, dengan usia hanya 7 hari tentu dia tidak berdaya. Tetapi minggu kedua, baru saja gipsnya di lepas dan hanya di pegang kakinya oleh Dokter, Bumi langsung gemetar dan nangis sekencang-kencangnya. Membuat saya dan Ibu Mertua yang mendampingi, tidak tega mendengarnya.

Akhirnya, setelah proses gips selama 6 minggu, Dokter Daffo melanjutkan pengobatan dengan pemakaian sepatu Dennis Brown Splint seharga 500rb. Sepatu dengan palang di tengah-tengahnya dan harus di pakaikan selama 23 jam, atau hanya boleh lepas ketika mandi saja.

Sepatu Dennis Brown Splint
Pic From Google


Hati ibu mana yang tidak teriris ketika harus memakaikan sepatu seperti itu pada anaknya yang bahkan belum berumur 2 bulan. Tapi, kami harus tega. HARUS. Karena ini demi masa depan anak kami.

Beberapa bulan setelahnya, Bumi semakin bertumbuh besar, sepatunya pun mulai tidak cukup. Kami pun kembali konsul ke Dokter Daffo yang telah kembali dari Jerman. Dan di resepkan untuk mengganti ukuran Sepatu Dennis Brown Splint. Kali ini saya memilih warna hijau, warna kesukaan saya.

Lewat usia setahun, Bumi belum bisa berjalan. Setelah konsul kembali, Dokter Daffo menyarankan untuk menggunakan Sepatu Koreksi seharga 500ribu. Sepatunya dari kulit dan cukup keren menurut saya. Seperti layaknya Bintang Rock. Dengan pemakaian sepatu seperti ini, tentu tidak ada yang mengetahui bahwa Bumi kakinya bermasalah. Walaupun saya lebih memilih agar Bumi tidak perlu sampai harus memakai sepatu seperti ini.


Sepatu Koreksi
Pic from Google

Akhirnya setelah memakai sepatu ini selama beberapa minggu, Bumi bisa berjalan. Mungkin kemarin sebelum memakai sepatu ini, kaki kirinya kurang stabil untuk menapak, sehingga sulit untuk mantap berjalan. Sepatu Koreksi yang kokoh ini membuat kakinya menjadi stabil untuk menopang tubuhnya.

Lewat beberapa bulan setelah memakai ini dan sepatunya mulai tidak cukup, kami belum check up kembali sampai dengan hari ini karena melihat perkembangan yang cukup bagus pada kaki anak kami.

Sekarang telapak kaki kirinya sudah tumbuh normal hampir sama panjang dengan kaki kanannya. Bahkan sepatunya bisa 1 ukuran saja, menepis kekhawatiran saya dulu, kalau harus sampai beli sepatu 2 ukuran. Kami bersyukur Bumi hanya telapak kakinya saja yang CTEV. Saya melihat di ig feed bahwa banyak 'pejuang' CTEV lain yang bahkan memiliki betis yang lebih kecil, atau ukuran telapak kakinya berbeda cukup jauh.

Saya tidak memiliki dokumentasi perkembangan kaki anak kami, karena larangan dari Ibu saya. Agar kenangan tidak menyenangkan itu tak perlulah tercetak nyata, cukup dalam memori kami saja. Yang terpenting, sekarang Bumi tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria, dengan stamina dan julukan *Si Baterai Energizer* yang seakan tidak pernah merasa lelah ataupun capek.

Kami hanya bisa berucap Syukur Alhamdulillah.

Terselip pula nama 'Zabran' yang berarti 'Kuat, Mampu' pada namamu, Nak, agar kelak dirimu selalu kuat dan mampu menghadapi berbagai permasalahan. Baik itu secara Lahir maupun Bathin.

Aamiin....

Saran saya untuk semua orang tua, segera cek fisik bayi anda setelah lahir, dan bila terlihat kakinya memiliki kelainan langsung bawa ke Dokter Orthopedi agar bisa langsung di tindaklanjuti. Karena semakin dini usia bayi, keberhasilan Metode Ponseti semakin besar. Karena semakin besar anak, di khawatirkan harus melalui operasi, yang sebenarnya tidak terlalu di rekomendasikan karena efek sampingnya di takutkan dapat memperlemah kekuatan kaki.

In Shaa Allah, dengan kehendak-NYA, putra putri kita akan sembuh. Karena kita manusia hanya bisa berusaha, Allah SWT yang menentukan.

Keep Strong, Stronger, Strongest, Parents.
YOU ARE NOT ALONE.

From Mamiya, Mother's of Bumi, Pejuang CTEV


You can see me at:

Email : greenflowers711@gmail.com